Istana Ratu Boko

Istana Megah di Atas Bukit

Jalan Raya Jogja-Solo, Prambanan, Yogyakarta, Indonesia
Jam Buka: Setiap hari 06:00 – 17:00 WIB
Telepon: (0274) 496510

sunset-ratu-boko
ratu-boko-3
dsc_0685
21 May 2011, Lombok, Indonesia --- Panorama of an overhanging palm tree at Nippah Beach on tropical Lombok Island, Indonesia, Southeast Asia, Asia --- Image by © Matthew Williams-Ellis/Robert Harding World Imagery/Corbis
596052
ratu-boko
Tiket:
Rp 25.000 (dewasa)
Rp 10.000 (anak)
USD 13 (WNA)

Candi Ratu Boko atau lebih dikenal sebagai Istana Ratu Boko merupakan situs peninggalan bersejarah yang berupa reruntuhan bangunan megah diatas bukit yang menyerupai candi. Diperkirakan, banguna tersebut yang dibangun pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran. Komplek candi ini berada hanya sekitar 3 KM di selatan komplek candi Prambanan. Dari sisa bangunan yang ada, diperkirakan komplek ini dulunya merupakan keraton atau istana raja. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya sisa dinding yang mengelilingi komplek dan juga beteng serta parit yang merupakan struktur pertahanan istana. Komple Candi ratu Boko berada di atas bukit dengan ketinggian 196 Meter diatas permukaan laut. Karena letaknya yang berada di atas bukit, Istana Ratu Boko ini cukup terkenal oleh keindahan pemandanganya, khususnya matahari terbenan yang selalu diincar oleh para pengunjung.

Luas komplek istana kurang lebih 250.000 meter persegi dan dibag menjadi 4 bagian, yakni bagian tengah, barat, tenggara, dan timur. Masing – masing bagian di istana tersebut terdiri dari beberapa bangunan, antara lain, Bagian tengah terdiri dari bangunan gapura utama, lapangan, Candi Pembakaran, kolam, batu berumpak, dan Paseban. Sementara, bagian tenggara meliputi Pendopo, Balai-Balai, 3 candi, kolam, dan kompleks Keputren. Kompleks gua, Stupa Budha, dan kolam terdapat di bagian timur. Sedangkan bagian barat hanya terdiri atas perbukitan.

Komplek Istana Ratu Boko pertama kali ditemukan oleh Van Boeckholzt pada tahun 1790 yang melaporkan adanya situs kepurbakalaan diatas bukit Ratu Boko. Seratus tahun kemudian, barulah dilakukan penelitian yang menyimpulkan bahwasana sisa reruntuhan tersebut dahunya merupakan keraton atau istana raja. Penelitian tersebut juga didukung dengan ditemukanya prasasti Abhyagiri Wihara yang berangka tahun 792 M. Dalam prasati tersebut diceritakan seorang tokoh bernama Rakai Panangkaran (746-784 M) yang mengundurkan diri sebagai raja karena ingin memfokuskan diri pada kegiatan keagamaan demi untuk mendapatkan ketenangan. Keputusan tersebut didukung dengan didirikanya sebuah vihara yang bernama Abhayagiri Wihara pada tahun 792 M.

Berdasarkan prasasti tersebut diketahui pula bahwa Rakai Panangkaran merupakan penganut agama Budha. Hal itu dibuktikan dengan ditemukanya Arca Dyani Buddha. Akan tetapi, ada pula unsur Hindu yang ditemukan di komple istana dengan ditemukanya Arca Durga, Ganesha dan Yoni. Penemuan istana Ratu Boko cukup berbeda dari penemuan purbakala lainya disekitar yang identik dengan bangunan keagamaan. Istana Ratu Boko merupakan keraton lengkap dengan gerbang masuk, pendopo, tempat tinggal, kolam pemandian, hingga pagar pelindung.Selain itu, keunikan dari Istana ini adalah tempat didirikanya yang berada di atas bukit.

Nama Ratu Boko sendiri diberikan pada komplek istana tersebut karena berdasarkan sejarah atau legenda tentang seorang raja Mataram bernama Ratu Boko yang merupakan ayah dari Putri Roro Jonggrang yang telah dikutuk menjadi salah satu arca di candi Prambanan. Hal tersebut semakin diyakini dilihat dari lokasinya yang cukup dekat dengan komplek candi Prambanan dan beberapa candi lain seperti Candi Sewu dan Candi Kalasan. Dari fakta tersebut, disimpulkan bahwa sisa reruntuhan bangunan tersebut merupakan istana raja dan pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Hindu dan sebagai pusat pemerintahan pada saat itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *