Sejuta Rahasia di Museum Sandi
Jl. Faridan M. Noto No. 21, Kotabaru, Yogyakarta, Indonesia
Jam Buka: Setiap Hari
Senin-Kamis 08.30-15.30 WIB
Jumat 08.30-16.00 WIB
Sabtu-Minggu 09.00-12.00 WIB
Telepon:(0271) 556921
Tiket:
–
Museum Sandi adalah sebuah museum persandian yang berada di Kota Yogyakarta tepatnya di jalan Faridan Muridan Noto Nomor 21 Kotabaru, Yogyakarta 55224. Di sana ditampilkan koleksi persandian bersejarah di Indonesia. Museum sandi dibangun atas prakarsa bersama antara Kepala Lembaga Sandi Negara RI, Mayjen TNI Nachrowi Ramli dengan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dan Sri Sultan Hamengku Buwono X pada tahun 2006. Museum ini berhasil dibangun dan diresmikan pada tanggal 29 Juli 2008.
Untuk pemeliharaan, Museum Sandi bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan DIY dan selalu berupaya untuk melestarikan nilai-nilai sejarah persandian sebagai bagian integral perjuangan kemerdekaan Indonesia. hal tersebut didasarkan pada Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 1995 yang mengatur tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budayadi Museum. Tujuan didirikanya Museum Sandi selain untuk melestarikan warisan budaya juga sebagai sarana untuk menanamkan rasa patriotisme serta semangat berjuan untuk generasi penerus khususnya para insan persandian
Pada awalnya, Museum sandi berada dalam satu gedung dengan Museum Perjuangan di kawasan Mergangsang, namun pada tahun 2014, Museum Sandi dipindah tempat di Kotabaru Yogyakarta dan dibuka secara resmi oleh Kepala Lembaga Sandi Negara, yaitu Mayor Jenderal TNI. Dr. Djoko Setiadi, M.Si. bersama dengan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY yaitu Sultan Hamengku Buwono X dan KGPAA Paku Alam IX pada hari Rabu tanggal 29 Januari 2014. Museum Sandi menempati gedung dua lantai milik AURI yang sudah tidak terpakai dan memiliki 9 ruang display yang menyimpan berbagai benda bersejarah sejak masa perang kemerdekaan.
Pada ruangan display di lantai 1 banyak diceritakan tentang kehidupan dr. Roebiono Kertopati, yaitu Bapak Persandian Negara Republik Indonesia. Beberapa ruang display lainya menampilkan berbagai benda bersejarah dalam dunia persandian Indonesia, seperti buku sandi, sepeda onthel para kurir dan benda lain yang berkaitan dengan sandi pada masa perjuangan.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pengurus Museum, yaitu bapak Haris, pada awal kemerdekaan Indonesia, berbagai instansi negara masih banyak yang menggunakan sandi lama dari masa kolonial. Akibatnya informasi yang disampaikan melalui sandi mudah diretas oleh tentara Belanda. Karena hal tersebut, Negara Indonesia hampir lenyap dari sejarah. Sebab pada agresi militer ke-2, pihak Belanda berhasil menawan beberapa pemimpin Indonesia, diantaranya Ir. Soekarno dan Bung Hatta.
Menyadari kelemahan sandi yang digunakan, dr. Roebiono berinisiatif membentuk sandi baru yang hanya dapat dipahami oleh pihak Republik Indonesia. Sandi baru tersebut kemudian ditulis dalam 6 buku yang disebut “Buku Code C“. Masing-masing dari buku sandi berisi 10.000 kata sandi dalam bahasa Belanda dan Inggris. Untuk mendukung temuanya agar bisa digunakan oleh instasi terkait, dr. dr Roebiono meretas beberapa sandi dari beberapa instansi agar mereka mengetahui betapa lemah penggunaan sandi lama tersebut. Akhirnya mereka mau menggunakan sandi terbaru demi keamanan.
Dr. Roebiono dan bawahana bermaksud membakar semua buku dan dokumen rahasia yang berada di Dinas Code sebelum itu semua jatuh kepada Belanda. Akhirnya mereka menyebar ke bebagai daerah Indonesia demi untuk memastikan keamanan komunikasi antara pemerintah darurat Mr. Sjarifoeddin Prawiranegara dengan berbagai pasukan gerilya di Indonesia.
Di dalam Museum sandi juga tersimpan berbagai meson dan alat yang dulunya digunakan pada masa perjuangan, serta mesin dan alat-alat sandi modern. Pengunjung yang datang ke museum selain untuk melihat – lihat koleksi, mereka juga bisa untuk belajar cara kerja sandi sederhana dari masa lampau.